Puluhan bungkusan bekas obat batuk komix ditemukan awut-awutan di gazebo yang berada di Komplek Istana Damnah Daik Lingga.
Bungkusan obat batuk yang diduga digunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut sebagai obat yang mampu membuat pikiran terasa terbang melayang bila digunakan berlebihan.
Menurut Salah seorang warga Daik Lingga, Aindi, bungkusan obat batuk komix tersebut bukan hanya kali ini saja didapati awut-awutan di sekitaran gazebo.
Akan tetapi, ia menuturkan, sebelumnya ia juga pernah menjumpai bungkusan obat batuk tersebut disalahgunakan segelintir orang untuk dikonsumsi berlebihan sehingga menyebabkan efek fly yang membuat pikiran terasa kosong.
“Yang kita takutkan itu penggunanya belum dewasa sekolah. Itu yang sangat kita khawatirkan,” kata dia, Selasa (08/08) kepada KepriDays.com.
Kemudian, dikatakannya, Komplek Istana Damnah yang saat malam hari cukup gelap tanpa ada penerangan di sepanjang jalannya itu, tentu saja menjadi santapan empuk segelintir orang untuk memanfaatkan lokasi tersebut sebagai daerah mabuk-mabukan obat batuk komix dan minuman keras.
“Iya kalau malam kan gelap. Lampu-lampu yang ada itu kan tidak menyala, pastinya bila ada kesempatan dan kurangnya pengawasan, daerah ini (Komplek Istana Damnah) menjadi santapan empuk mereka-mereka yang tidak bertanggung jawab,” katanya.
Bukan hanya sunyi dan gelap, akan tetapi Komplek Istana Damnah yang didalamnya juga terdapat bangunan Museum Linggam Cahaya dan Kantor Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga ini juga minim akan pengawasan dari instansi terkait menyerupai Satpol PP.
“Kalau memang pengawasan dan penjagaan dari pihak Satpol PP ketat di sekitaran lokasi ini, tidak mungkin ada yang berani mengkonsumsi komix dengan jumlah banyak di gazebo museum ini,” ujarnya.
Akibat seringnya obat batuk komix disalahgunakan oleh segelintir orang, terutama untuk mabuk-mabukan, membuat Camat Lingga Yulius ikut merasa risih dengan kondisi tersebut.
Dengan begitu, ia meminta Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes-PPKB) Kabupaten Lingga untuk melaksanakan pengawasan terhadap penjualan obat-obat tersebut.
“Iya, kalau perlu walaupun ini termasuk obat bebas, kalau sudah disalahgunakan menyerupai itu Dinkes harus melaksanakan pengawasan,” katanya.
Yulius melanjutkan, Dinkes harus dapat mengklasifikasikan semoga obat-obat menyerupai komix tidak dijual disembarangan toko.
“Kecuali dijual di toko obat, kalau di toko yang sembaranag itu kita minta lah ditertibkan,” katanya.
Permintaan tersebut dilakukannya guna menekan kasus kenakalan cukup umur yang terjadi di Lingga. Pasalnya, tidak menutup kemungkinan, anak usia pelajar juga melaksanakan hal serupa dengan mengkonsumsi obat sembarangan untuk mabuk-mabukan sehingga merugikan anak itu sendiri.
“Permasalahan anak ini yang kita anggap sebagai kenakalan remaja, ini tanggung jawab kita bersama, baik orang tua, lingkungan serta sekolah. Komponen ini terlibat semua,” ujarnya.
Buat lebih berguna, kongsi: